- Pendahuluan
Rangkaian
terakhir dari suatu proses kependidikan Islam adalah evaluasi atau penilaian.
Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat
setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jika
hasilnya sesuai dengan apa yang telah digariskan dalam tujuan pendidikan Islam,
maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil, tetapi jika sebaliknya, maka
ia dinilai gagal. Dari sisi ini dapat difahami betapa urgennya evaluasi dalam
proses kependidikan Islam.
Berdasarkan
uraian di atas, maka secara sederhana evaluasi pendidikan Islam dapat diberi
batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan
dalam proses pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukan
adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Sedangkan
dalam ruang lingkup luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam dalam mencapai tujuan
pendidikan yang di cita-citakan.
Oleh
karena itu di dalam makalah ini akan diletengahkan pembahasan mengenai hakikat
dan tujuan serta prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam
- Hakikat dan Tujuan Evaluasi
Evaluasi
pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa. Definisi yang
pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini mengatakan bahwa
evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum,
bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Definisi
yang lebih luas dikemukakan oleh dua orang, yakni Cronbach dan Stufflebeam.
Tambahan definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.[1]
Pendidikan
Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : Pertama, dimensi
dialektikal horizontal. Kedua, dimensi ketundukan vertikal.
Pada
dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan konkrit yang terkait dengan diri, sesame manusia
dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi,
selain menjadi alat untuk memanfaatkan, memelihara dan melestarikan sumber daya
alami, juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai hubungan yang abadi
dengan Sang Pencipta, Allah SWT.
Secara
khusus, tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk
mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif.
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik yang secara garis besarnya meliputi
empat hal, yaitu :
1.
Sikap dan
pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2.
Sikap dan
pengamalan terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3.
Sikap dan
pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4.
Sikap dan
pendangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah, anggota masyarakat, serta
khalifah Allah SWT.[2]
Keempat kemampuan dasar
tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis, yaitu :
1.
Sejauh
mana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriah
berupa tingkah laku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2.
Sejauh
mana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan
hidup bermasyarakat, seperti akhlak yang
mulia dan disiplin.
3.
Bagaimana
peserta didik berusaha mengelola dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan
alam sekitarnya, apakah ia merusak ataukah memberi makna bagi kehidupannya dan
masyarakat di mana ia berada.
4.
Bagaimana
dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi
kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.[3]
Dengan
mengetahui makna evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam system pendidikan,
maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa
hal, yaitu :
- Evaluasi berfungsi selektif
Dengan
cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan,
antara lain :
1)
Untuk
memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
2)
Untuk
memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tungkat berikutnya.
3)
Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4)
Untuk
memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
- Evaluasi berfungsi diagnosik
Apabila
alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan
melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu,
diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi,
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tni, akan lebih mudah
dicari cara untuk mengatasi.
- Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
Setiap
siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran
akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi
disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat
individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih
bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan,
digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang
sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
- Evaluasi Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi
keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan.[4]
- Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan Islam
Ada
satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara :
- Tujuan Pembelajaran
- Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan]
- Evaluasi[5]
Triangulasi tersebut dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
tujuan
KBM evaluasi
1.
Hubungan
antara tujuan dengan KBM
Kegiatan
belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah
yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna
bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM,
menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
2.
Hubungan
antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi
adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke
tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi
ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
3.
Hubungan
antara KBM dengan evaluasi
Selain
mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan. Sebagai misal, jika kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh
guru dengan menitikberatkan pada keterampilan, evaluasinya juga harus mengukur
tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.
Kecenderungan
yang terdapat dalam praktek sekarang ini adalah bahwa evaluasi hasil belajar
hanya dilakukan dengan tes tertulis, menekankan aspek pengetahuan saja. Hal-hal
yang berkaitan dengan aspek-aspek lain, kurang mendapatkan perhatian dalam
evaluasi.
- Kesimpulan
Ralph
Tyler (1950) mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data
untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
Dalam
pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap
(afektif dan psikomotor) ketimbang aspek kognitif.
Ada
satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu antara : Tujuan Pembelajaran, Kegiatan
pembelajaran atau KBM, dan Evaluasi,
DAFTAR PUSTAKA
- Dr. H. Samsul Nizar, M.A, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : 2002
- Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara. 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar